
nusantarasatu.com – Tangerang Selatan, 12 Januari 2025 – Industri kaca Indonesia tengah menghadapi tantangan serius akibat berakhirnya program Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) pada 31 Desember 2024. Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan bahwa sejak Januari 2025, harga gas melonjak menjadi US$ 16,67 per MMBTU, lebih dari dua kali lipat dibandingkan harga sebelumnya sebesar US$ 6 per MMBTU.
Kenaikan ini memberatkan industri kaca, di mana biaya gas menyumbang sekitar 20%-25% dari total biaya produksi. Dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (US$ 4,5 per MMBTU), Thailand (US$ 5,5 per MMBTU), dan Vietnam (US$ 6,39 per MMBTU), harga gas di Indonesia jauh lebih tinggi, mengurangi daya saing industri domestik.
Ketua Umum AKLP, Putra Narjadin, menyoroti ketimpangan kebijakan harga gas, di mana beberapa investor baru masih menikmati HGBT, sementara pelaku usaha lama dikenakan harga normal. Hal ini menciptakan persaingan tidak sehat dalam industri. Selain itu, kebijakan Alokasi Gas Industri Tertentu (AGIT) yang diterapkan sejak Mei 2024 semakin membebani pelaku usaha jika penggunaan gas melebihi alokasi yang ditetapkan.
Indonesia memiliki sumber daya gas bumi yang melimpah, mencapai lebih dari 100 triliun kaki kubik (TCF). Namun, potensi ini belum dimanfaatkan optimal karena harga gas domestik yang tinggi, jauh di atas rata-rata internasional sebesar US$ 3,21 per MMBTU.
AKLP mendesak pemerintah untuk segera melanjutkan program HGBT dan menerapkan kebijakan harga gas yang adil bagi semua pelaku industri. Jika tidak, dikhawatirkan investasi di sektor kaca akan menurun dan dominasi produk impor di pasar domestik akan meningkat.
–