Penulis : Okky Herdiyanto
Pendahuluan
Bagaimana jika komputer masa depan mampu memecahkan semua sistem enkripsi dalam hitungan detik? Di tahun 2025, komputasi kuantum bukan lagi sekadar konsep futuristik, tetapi mulai menunjukkan dampak nyatanya terhadap berbagai sektor, termasuk keamanan siber.
Di tengah kemajuan pesat Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT), tantangan dalam menjaga kerahasiaan dan integritas data menjadi semakin kompleks. Komputasi kuantum membawa harapan baru dalam menyelesaikan persoalan berat secara komputasi, tetapi sekaligus mengancam fondasi utama dari sistem keamanan digital saat ini.
Apa Itu Komputasi Kuantum?
Komputasi kuantum adalah teknologi komputasi berbasis prinsip mekanika kuantum, seperti superposisi dan entanglement. Tidak seperti komputer klasik yang menggunakan bit (0 atau 1), komputer kuantum menggunakan qubit, yang bisa berada dalam posisi 0 dan 1 secara bersamaan. Hal ini memungkinkan komputer kuantum melakukan pemrosesan data dalam skala yang jauh lebih besar dan lebih cepat dibandingkan komputer konvensional.
Dampak Komputasi Kuantum terhadap Keamanan Siber
- Ancaman terhadap Sistem Enkripsi Konvensional
Sebagian besar sistem keamanan digital saat ini, seperti RSA dan ECC, bergantung pada kompleksitas matematika yang sulit dipecahkan oleh komputer klasik. Namun, dengan algoritma Shor, komputer kuantum dapat melakukan pemfaktoran bilangan besar—inti dari keamanan RSA—dalam waktu yang sangat singkat. Sebagai gambaran, RSA 2048-bit yang sekarang aman bisa diretas oleh komputer kuantum canggih dalam hitungan jam, bukan juta tahun.
- Kebutuhan akan Post-Quantum Cryptography (PQC)
Menghadapi ancaman tersebut, para peneliti kini mengembangkan skema enkripsi baru yang tahan terhadap serangan kuantum, dikenal sebagai Post-Quantum Cryptography (PQC). NIST (National Institute of Standards and Technology) bahkan telah merilis standar awal algoritma PQC, seperti Kyber dan Dilithium, yang mulai diuji dan diadopsi oleh berbagai organisasi global.
- AI dan Sistem Pertahanan Adaptif
Komputasi kuantum juga mendorong kebutuhan sistem pertahanan siber yang lebih dinamis. Integrasi antara AI dan cybersecurity memungkinkan pengembangan sistem keamanan yang adaptif, mampu mendeteksi dan merespons serangan siber secara real-time berdasarkan pola ancaman baru, termasuk yang ditenagai oleh teknologi kuantum.
Implementasi Nyata dan Perkembangan Terkini
Perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google, IBM, dan D-Wave telah melakukan riset dan uji coba terhadap berbagai aplikasi komputasi kuantum—dari optimasi logistik, simulasi molekuler, hingga perlindungan data.
Di kawasan Asia Tenggara, Singapura menjadi pelopor dengan meluncurkan Quantum Engineering Program. Di Indonesia, meskipun masih dalam tahap awal, beberapa universitas seperti ITB, UI, dan UGM mulai mengembangkan kurikulum serta riset di bidang kuantum computing bekerja sama dengan lembaga seperti BRIN.
Kesimpulan
Tahun 2025 menjadi titik balik penting dalam evolusi teknologi informasi. Komputasi kuantum, yang dulunya hanya teori fisika, kini mulai membentuk ulang cara kita memandang keamanan siber.
Para profesional TI, khususnya di bidang teknik informatika dan keamanan siber, harus bersiap menghadapi transformasi ini. Edukasi, kolaborasi riset, dan adaptasi teknologi seperti Post-Quantum Cryptography serta AI-based defense system menjadi kunci utama.
- Kita tidak bisa hanya menjadi penonton. Indonesia harus bersiap menjadi bagian dari revolusi kuantum.
Link Publish : https://medium.com/@okkyherdianto1/mengapa-quantum-computing-jadi-ancaman-baru-bagi-keamanan-siber-di-era-ai-98089e63ff2f