By IKHA HANDAYANI for nusantarasatu.com
–
Tangerang Selatan, 18 Desember 2024 – Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan yang memiliki peranan dalam sektor pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Hal ini disebabkan karena kelapa sawit menghasilkan nilai ekonomi per hektar yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atau lemak lainnya di dunia.
Seiring dengan peningkatan produksi kelapa sawit, jumlah limbah yang dihasilkan juga ikut bertambah. Limbah kelapa sawit terbagi menjadi tiga jenis, yaitu limbah cair, padat, dan gas. Salah satu jenis limbah padatnya adalah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), yang merupakan hasil samping dari proses pengolahan kelapa sawit. Setiap ton Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah menghasilkan sekitar 230 kg TKKS. Di Indonesia, produksi TKKS mencapai sekitar 556.671 ton per hari. Jumlah ini sangat besar dan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan apabila tidak dikelola secara optimal.
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) adalah salah satu limbah padat yang dihasilkan sebagai produk samping dalam industri pengolahan kelapa sawit. Ketersediaannya cukup besar jika dilihat dari rata-rata rasio antara jumlah TKKS yang dihasilkan dan total Tandan Buah Segar (TBS) yang diolah. Secara rata-rata, TKKS menyumbang sekitar 22% hingga 24% dari berat total TBS yang diproses di pabrik kelapa sawit.

IKHA HANDAYANI for nusantarasatu.com
Salah satu penggunaan tandan kosong kelapa sawit adalah untuk pembuatan pupuk, karena kandungan selulosa di dalamnya yang cukup tinggi, yaitu sekitar 57,04%. Selain itu, limbah TKKS juga mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N) sebesar 1,5%, Fosfor (P) sebesar 0,5%, Kalium (K) sebesar 7,3%, dan Magnesium (Mg) sebesar 0,9%. Tandan kelapa sawit juga mengandung polisakarida yang dapat diubah menjadi produk atau senyawa kimia yang bermanfaat untuk sector industri lainnya, seperti digunakan sebagai bahan utama pembuatan furfural, karena mengandung pentosan yang terkandung dalam bahan berserat tersebut.
Furfural dapat dihasilkan dari biomassa yang mengandung pentosan melalui proses hidrolisis dan dehidrasi yang dikatalisis oleh asam. Hidrolisis pentosan menghasilkan pentosa, yang kemudian mengalami dehidrasi untuk membentuk furfural. Umumnya dalam proses hidrolisis menggunakan asam sulfat karena, menghasilkan perolehan furfural yang lebih tinggi. Reaksi yang terjadi adalah hidrolisis pentosan menjadi pentosa.
Furfural (C5H4O2), yang juga dikenal dengan sebutan 2-furankarboksaldehid, furaldehid, furanaldehid, atau 2-furfuraldehid, adalah cairan yang dapat diproduksi dari limbah biomassa pertanian yang mengandung pentosa. Furfural memiliki berbagai kegunaan, antara lain sebagai pelarut dalam pemurnian pelumas, dalam industri pengolahan minyak bumi, serta untuk industri nitroselulosa, selulosa asetat, dan pewarna sepatu. Furfural juga digunakan sebagai bahan baku untuk insektisida, herbisida, dan fungisida, serta untuk sintesis senyawa turunan seperti tetrahidrofuran, furfuril alkohol, asam furoik.

IKHA HANDAYANI for nusantarasatu.com
Oleh karena itu pemilihan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebagai baku alternatif dalam pembuatan furfural memiliki berbagai manfaat penting dalam industri. Selain digunakan sebagai bahan untuk pembuatan pupuk karena kandungan selulosa dan unsur hara di dalamnya. Furfural, yang dapat dihasilkan dari limbah biomassa yang mengandung pentosa, memiliki banyak aplikasi di berbagai industri, seperti dalam pembuatan pelarut, insektisida, herbisida, serta sebagai bahan baku untuk produk kimia lainnya. Dengan demikian, TKKS tidak hanya merupakan limbah, tetapi juga menjadi sumber daya yang bernilai untuk mendukung proses industri dan pengolahan lebih lanjut.